16 July, 2009

Pengantin Baru Direcoki Keluarga Istri


Selamat siang..


Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas dibukanya forum seperti ini.

Saat ini, saya sangat membutuhkan pertolongan penjelasan terhadap masalah keluarga yang saya alami.

Saya berniat ingin mengajukan perceraian terhadap istri saya, karena sudah tidak ada kecocokan dalam rumah tangga kami. Kami sudah menikah 6 bulan, kami beragama Kristen dan belum punya anak ataupun harta.

Masalah rumah tangga kami dicampuri oleh pihak keluarga istri saya den semakin membuat tekanan bathin dan mental terhadap saya. Sehingga, semakin rumah tangga kami tidak harmonis. Bahkan, sejak menikah, cuma sekali kami melakukan hubungan badan, itupun tidak dengan wajar/tuntas.

Saya putuskan [cerai] ini jalan terbaik bagi kami agar setidaknya saya dapat menjalani hidup dengan menjadi manusia yang lebih baik, tanpa tekanan dalam kehidupan rumah tangga yang hanya membuat kami merasa saling disakiti.

Yang ingin saya tanyakan:

1. Bagaimana tahapan pengajuan perceraian saya ajukan.

2. Sejauh mana pihak keluarga istri dapat mempengaruhi putusan pengadilan terhadap perceraian kami (tentu mereka tidak ingin anaknya akan diceraikan)

3. Kondisi-kondisi seperi apa yang dapat berpengaruh terhadap putusan perceraian kami oleh pengadilan.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Atas bantuan dan penjelasannya saya ucapkan banyak terima kasih.

NN di sebuah kota X



Jawaban:

Yth NN di Kota X

Selamat siang juga.

Saya sampaikan terima kasih Bapak sudah berkenan menyampaikan masalah yang Bapak hadapi kepada saya. Saya mohon maaf, karena sebagian besar e-mail yang masuk ke alamat kami langsung menuju ke tabel spam, bukan inbox. Jadi, saya agak terlambat dalam memberikan jawaban. Saya baru membaca email Bapak pada Minggu (12/07).

Secara pribadi, saya turut prihatin atas apa menimpa Bapak. Kami berharap pernikahan yang masih berusia muda itu bisa dilangsungkan dan Bapak sekeluarga akan mendapatkan kebahagiaan yang diidamkan. Bukankah pernikahan itu gerbang untuk mencapai kebahagiaan? Dan bukankah pernikahan yang disatukan Tuhan itu tidak bisa dipisahkan?

Maaf kalau saya berlebihan, saya belum mengetahui seluk-beluk permasalahan yang Bapak alami seperti apa? Selain Bapak menuliskan di antara kami sudah tidak ada kecocokan. Maaf kalau saya agak menyinggung. Saya pribadi merasa heran, mengapa merasa baru sekarang tidak ada kecocokan? Bukankah dulu ketika melangsungkan pernikahan sudah ada kecocokan? Maaf kalau pernyataan ini terlalu mengganggu.

Yang saya ketahui, bahwa sebuah pernikahan adalah tempat bersatunya dua insan yang berbeda sama sekali. Beda jenis kelamin, beda tanggal lahir, beda latar belakang, beda sejarah, beda pendidikan, beda sifat, beda hobi, beda keluarga, dan seterusnya. Dari keberbedaan tersebut, kemudian menyatu dalam sebuah ikatan indah bernama pernikahan.

Dan seni untuk melangsungkan dan merawat pernikahan adalah seni untuk menikmati keberbedaan dalam satu bangunan bersama. Ini adalah sebuah anugerah Tuhan yang dititipkan kepada Anda. Barangkali, selama ini Bapak terlalu fokus pada ketidakcocokan dan keberbedaan. Fakta bahwa Bapak dan Ibu berbeda itu sudah dari dulu. Tapi bahwa keduanya ada komitmen untuk membangun keluarga bersama, dalam satu ikatan yang sempurna dan diberkati Tuhan, untuk menggapai kebahagiaan, ini adalah yang utama.

Bahwa keluarga Istri Anda terlalu ikut campur dalam kelurga baru Anda, saya pikir itu masih wajar. Saya belum tahu sejauh mana “turut campur” yang Anda maksudkan. Namun sejauh yang saya tangkap, hal ini hanyalah sebuah ekspresi perasaan para anggota keluarga yang teramat mencintai istri Anda. Perlu diingat, bahwa sebelum sang Istri berhubungan baik dengan Anda, ia sudah berhubungan baik terlebih dahulu dengan keluarga Istri, bahkan sejak ia lahir.

Yang terjadi barangkali adalah, pihak keluarga belum siap untuk “kehilangan” istri Anda yang dulunya merupakan bagian dari anggota keluarga mereka. Saya yakin, jika Anda bisa meyakinkan istri Anda, bahwa ia akan baik-baik saja dan berbahagia bersama Anda, semuanya akan mulai berubah. Terlebih, ketika Anda sukses meyakinkan keluarga istri, bahwa saat istri berada dalam pelukan Anda, ia akan merasa bahagia, maka tiada alasan bagi keluarga Istri untuk turut campur lebih dalam pada keluarga baru Anda.

Jadi yang perlu dilakukan adalah jalin komunikasi yang lebih efektif dengan pihak keluarga istri. Jika hal ini susah untuk dilakukan, cobalah Bapak beserta Istri tinggal dalam rumah sendiri, tidak serumah dengan mertua. Hal ini dengan sendirinya akan meminimalisir pertemuan dan komunikasi yang boleh jadi menjurus pada bentuk-bentuk “turut campur.”

Satu catatan yang saya pahami dari apa yang Bapak tuturkan kepada kami, bahwa Bapak merasa tertekan batin. Kalau saya boleh menduga, hal ini terjadi lantaran Bapak tinggal dalam keluarga baru, yang dulunya belum pernah Bapak rasakan. Barangkali, pola komunikasi antara Anda dengan keluarga istri belum menemukan gaya yang sesuai dan enjoy. Karena itu, tiada salahnya untuk menjalin komunikasi dengan baik dengan mereka dengan mencari-cari model komunikasi yang sesuai.

Soal proses ke persidangan, sampai di sini, saya belum menemukan persoalan serius yang bisa dijadikan alasan untuk diputuskannya sebuah perceraian menurut Undang-undang yang berlaku. Kalaupun Anda mengajukan ke Pengadilan Negeri, saya yakin, permohonan Anda belum tentu bisa dikabulkan, karena hakim pasti melihat belum ada hal serius yang bisa dijadikan alasan perceraian.

Soal seberapa kuat pengaruh keluarga istri, perlu dipahami, dalam persidangan perdata perceraian, subjek hukum yang terlibat adalah Bapak dan istri. Sedang keluarga hanya bisa dijadikan sebagai saksi, oleh istri. Itu pun, nantinya Anda bisa menyanggah persaksian tersebut, karena persaksian harus bisa diberikan di hadapan hakim dan kehadiran dua pihak yang berperkara atau kuasanya. Persaksian juga harus bisa di-kroscek oleh kedua belah pihak yang berperkara.

Itu yang saya pahami dari persoalan Bapak. Saran saya, perbaiki lagi hubungan Bapak. Masih banyak orang yang ingin menikah tapi ia belum bertemu seseorang yang bersedia hidup dan menua bersama. Sungguh beruntung, jika saat ini, Bapak sudah menemukan perempuan yang berbaik hati merelakan waktunya untuk menjadi istri Bapak. Soal keluarga yang terlalu turut campur, barangkali Bapak perlu untuk mencoba untuk tidak tinggal serumah dengan mertua. Semoga Anda bahagia.

Itu dulu, dari saya.

Saya nantikan perkembangan selanjutnya. Jika Anda membutuhkan bantuan, jangan segan-segan untuk menghubungi saya kembali. Dengan senang hati, saya akan bantu semampu saya.

Salam hangat,

M. Nasrudin, SHI

No comments:

Post a Comment